Tragiss!!!!

Jangan terjebak oleh wanita cantik..!!!

Ratap Ibunda Naek Gonggom Hutagalung
"KE MANA LAGI SAYA CARI ANAK SEBAIK DIA?"

Kepergian Naek Gonggom Hutagalung yang begitu mendadak membuat keluarganya amat terluka. Kepedihan amat dalam begitu dirasakan sang bunda.

Tak pernah terbayang dalam benak Ny. Hutagalung (56), begitu wanita usia baya ini ingin disapa, anak lelaki kesayangannya pulang tinggal nama. Padahal, ketika pergi dari rumah, Naek Gonggom Hutagalung (33), anak ketiga Ny. Hutagalung, dalam keadaan sehat. Seperti ramai diberitakan media, Naek tewas dibunuh oleh Tony, paman artis muda sinetron Lidya Pratiwi, Kamis (27/4) malam di cottage Putri Duyung Ancol, Jakarta Utara.

"Waktu meninggalkan rumah, dia masih ganteng, tapi pulang wajahnya sudah hitam semua. Sungguh saya tak pernah membayangkannya. Tentu saja saya sangat terpukul. Apalagi, sejak pagi sampai sore ia ada di rumah. Tidak ada sikapnya yang aneh. Hanya saja, sesekali ia tampak gelisah," papar Ny. Hutagalung saat ditemui di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (16/5).

"Saya tanya apakah dia enggak enak badan, katanya enggak. Malamnya, saya lihat dia bersiap-siap akan pergi setelah makan malam. Katanya ada teman yang sudah bolak-balik kirim SMS. Lalu, dia pamit akan pergi sebentar. Saya pesan untuk tidak pergi kelamaan," ujar Ny. Hutagalung yang saat itu mengawasi Naek makan.

Biasanya, bila bepergian, Naek yang pengusaha di bidang kontraktor ditemani sopir atau pegawainya. "Tapi kalau sudah sore, dia pergi sendiri karena tidak mau merepotkan mereka yang sudah lelah," imbuh wanita berambut sebahu ini.

PONSEL TIDAK AKTIF
Sekitar pukul 20.00, Naek yang tidak suka minum air es meninggalkan rumah. Sebenarnya, pria lulusan Universitas Trisakti tahun 1998 itu tidak pernah pergi pada malam hari. Itu sebabnya, baru dua jam Naek meninggalkan rumah, Ny. Hutagalung berusaha menelepon ke ponsel Naek. "Tapi, ponselnya tidak aktif," cetus Ny. Hutagalung.

Sampai di sini, Ny. Hutagalung sama sekali tidak curiga. Ia berpikir anak keempatnya itu sedang bertemu dengan teman-temannya. Setelah menunggu dua jam, pukul 00.00 Ny. Hutagalung kembali menelepon. Lagi-lagi, ponsel Naek tidak aktif. Kecemasan mulai membayangi Ny. Hutagalung.

"Sejak itu, saya berkali-kali berusaha menelepon Naek tapi selalu masuk ke mailbox. Kami jadi curiga karena selama ini jam berapa pun dia selalu pulang, tidak pernah menginap. Saya sendiri berpikir, pasti ada sesuatu karena dia tidak pernah mematikan handphone."

Perasaan Ny. Hutagalung tambah tak karuan ketika sampai besoknya, Jumat (28/4), kabar tentang Naek belum juga datang. Menantu lelaki dan anak lelaki Ny. Hutagalung hari itu juga berinisiatif mencari sekaligus melapor ke Polsek Metro Tebet, Polres Metro Jakarta Selatan, Polda Metro Jaya juga teman-teman Naek.

Namun, hasil pencarian nihil. Mereka akhirnya mencari ke RSCM karena memikirkan kemungkinan Naek yang sedang dekat dengan seorang wanita dari kalangan kerabatnya ini, menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Benar saja Naek memang berada di RSCM dalam kondisi sudah menjadi jasad kaku. Naek bukan mengalami kecelakaan lalu lintas seperti dugaan keluarganya, tapi tewas terbunuh.

Oleh kakak Naek, kabar duka ini segera disampaikan kepada keluarganya di rumah. Tentu saja seisi keluarga Naek sangat terkejut, termasuk Ny. Hutagalung. Pandangannya langsung gelap. "Saya langsung tak sadarkan diri," tutur Ny. Hutagalung dengan suara lirih. Nada suaranya terdengar begitu getir


SEMUA IDENTITAS HILANG
Naek yang berwajah tampan itu dimakamkan Minggu (30/4) di pemakaman Menteng Pulo. "Sampai sekarang saya masih sedih. Nasib Naek begitu malang," kata Ny. Hutagalung seraya mengatakan barang Naek yang kembali ke keluarganya hanya mobil. Sedangkan semua yang melekat di badan saat Naek meninggalkan rumah tidak ada lagi, termasuk jam tangan, dompet, dan dua handphone. "Semua identitasnya juga hilang," tutur Hutagalung, masih dengan nada pelan.

Yang membuat batin Ny. Hutagalung teriris, anaknya harus meninggal dengan cara dibunuh seperti itu. "Kalau mereka butuh uang, ambil uangnya. Diminta berapa juta rupiah pun saya kasih, asal jangan nyawa anak saya diambil," ratap Hutagalung dengan suara bergetar.

Sejenak Ny. Hutagalung terdiam. Setelah menarik napas dalam-dalam ia melanjutkan cerita pedihnya, "Saya yang mengandung, melahirkan, menyusui. Saya sekolahkan dia setinggi mungkin supaya bisa jadi anak yang saya harapkan. Kalau sudah begini, kapan lagi saya ketemu dia? Bayangkan sakitnya anak saya pada saat itu. Dia menjerit-jerit tapi saya tidak bisa menolongnya," tuturnya sambil terisak.

Soal keterlibatan Lidya, Ny. Hutagalung menduga, Naek dijebak Lidya. "Sebenarnya Lidya hanya teman biasa, bukan pacar. Naek sudah lama tidak ketemu Lidya. Anak saya sebenarnya selalu mengindar, tapi kenapa dihubungi terus?" papar Ny. Hutagalung yang baru tahu Lidya sering meminjam uang pada Naek.

Wanita berkulit putih ini bertambah kesal karena Lidya berbohong padanya. Jumat saat keluarga Naek sibuk melakukan pencarian, Ny. Hutagalung menelepon pemain sinetron itu untuk menanyakan keberadaan anaknya. "Waktu itu, dia sedang belanja di mal. Dia bilang, sudah lama tidak ketemu Naek. Terakhir ketemu Januari lalu. Ternyata dia bohong. Pembunuhan ini jelas sudah direncanakan," papar Hutagalung gemas.

BATAL KE HONG KONG
Dalam pandangan Ny. Hutagalung, Naek merupakan anak baik dan patuh pada orang tua. "Saya mendidiknya dengan bagus, sehingga sampai akhir hidupnya dia rajin ke gereja, tidak merokok, begadang, dan tidak mengonsumsi narkoba. Naek sangat peka pada lingkungannya, khususnya orang-orang tidak mampu. Naek sering datang ke panti asuhan membawa sembako," puji Hutagalung.

Selain baik budi, Naek juga punya wajah ganteng. "Enggak ada lagi anak seperti itu. Saya mau cari ke mana lagi anak seperti dia? Lihatlah, dia ganteng sekali," ujar Hutagalung menunjuk ke arah foto Naek sambil terisak. Ia melanjutkan, sejak SD sampai menjelang kuliah, Naek selalu mendapat ranking di kelas. "Setelah lulus, ia bekerja di perusahaan keluarga sebagai kontraktor. Selain itu, ia juga menjadi model dalam beberapa iklan. Kegiatan itu hanya sebagai pengisi waktu luang."

Naek yang hobi berenang, juga menggemari masakan ibunya. Masakan favoritnya ayam goreng, sambal terasi, daun singkong, dan balado ikan teri dan kacang. "Sekarang, waktu memasak saya sering menangis karena ingat dia. Biasanya dalam perjalanan pulang ke rumah, dia menelepon apa masakan saya hari ini. Kalau teman-temannya menginap di rumah, saya juga memasak untuk mereka."

Ny. Hutagalung menambahkan, Naek sangat dekat dengan orang tuanya. "Namanya juga anak kesayangan. Ke mana-mana saya sering pergi diantarnya, ke mal dan sebagainya. Jalan-jalan ke luar negeri pun sama saya. Sebetulnya kami akan ke Hong Kong Juni nanti. Rencana saya banyak, tapi sekarang diputus begitu saja oleh para pembunuh itu," tuturnya gemas.

"Untuk menenangkan hati saya sendiri, saya berpikir sekarang dia sudah berada di surga. Soal hukuman untuk para pembunuh, biar nanti hukum yang bicara. Kalau perlu, hukuman mati," tandasnya.

Setelah Naek pergi, Hutagalung mengaku baru sadar dua minggu belakangan seolah ia diberi firasat. Selama itu, setiap hari Naek bolak-balik membuka pintu kamar ibunya, memperhatikan Ny. Hutagalung tidur. "Saya tidak tahu apa maksudnya. Sepertinya ada yang mau dia sampaikan tapi batal. Lalu sehari sebelum kejadian, dia seharian tiduran di rumah bersama adiknya dan dekat terus ke saya. Tapi, sekarang dia sudah tiada," ujar Ny. Hutagalung yang sebetulnya ingin melihat Naek menikah dan memberinya cucu.
Pandangan mata Ny. Hutagalung menatap foto wajah tampan anaknya. Duka masih membayang, entah kapan akan hilang.

"MEREKA KIRA INI SINETRON!"
Kedukaan tentu juga menyelimuti Ida Hutagalung (35), kakak Naek. Ida menuturkan, menjelang meninggalkan rumah, Naek sempat ditanya adik bungsunya, Claudia. "Katanya mau pergi ketemu Lidya, karena sejak kemarin Lidya berkali-kali SMS dan menelepon mengajak bertemu. Naek sudah berusaha menolak, tapi karena terus dipaksa akhirnya dia mau. Padahal, dia tidak pernah meninggalkan rumah jam segitu," papar Ida.

Ida menduga, Naek berusaha menolak karena sudah tahu perangai Lidya. Padahal, hubungan mereka hanya sekadar teman. "Lidya sering minta hadiah, dibelikan baju, atau minta persenan kalau proyek Naek gol. Kata Naek, Lidya juga pernah pinjam uang dan minta dibantu waktu kakaknya masuk rumah sakit," tuturnya sambil menambahkan, keluarganya sendiri tidak pernah tahu sosok Lidya.

Ida mengaku belum pernah bertemu Lidya. Yang mereka tahu, Lidya sudah punya pacar. "Kenapa Naek bisa sampai ke cottage malam itu, saya enggak tahu. Yang jelas, Naek orangnya enggak neko-neko. Dia anak rumahan, tidak pernah marah. Malah selalu jadi penengah kalau saudara-saudaranya berantem," ujar Ida sambil menambahkan, uang yang hilang dari salah satu rekening Naek berjumlah Rp 25 juta.

Sebelum akhirnya para pelaku tertangkap, keluarga Ida gelisah dan bertanya-tanya apa yang sebetulnya terjadi. Kesehatan ibunya pun jadi terganggu. "Kami tak bisa terima kejadian ini. Ini benar-benar keji. Wajah-wajah pembunuhnya juga tidak ada rasa bersalah, masih tertawa-tawa. Mereka pikir ini sinetron. Dari polisi saya tahu, ini pembunuhan berencana," tutur Ida.

dasar indo..beginilah jadinya kelau kebanyakan nonton sinetron!!!!! grrr gemesss!!!
kasihan naek..kasian mamanya..hiksssss jahat banget sih orang2 itu..dibutakan oleh uang!!!! grrrr

posted by anitahartono at 4:08 PM

|